26/03/17

You.

Kamu yang hadir dan kemudian pergi. Hadirnya mungkin sementara namun sungguh sangat mengena. Hadirnya hanya sebentar namun ingin ku minta pada Tuhan membuat sebentar menjadi selamanya.

Aneh. Setiap hari aku melihatmu. Setiap hari kita saling bertemu. Namun kau terasa jauh dari jangkauanku. Anehnya aku merindukan dirimu.
Aku mulai merindukan kita. Aku merindukan kebersamaan kita. Aku merindukan canda tawa yang kita lalui. Aku merindukan long conversation yang biasa terjadi antara kita. Aku, merindukanmu. Sungguh.

Sulit sekali diri ini menyangkal bahwa aku merindukanmu. Sulit sekali diri ini menahan untuk berhenti dari memikirkanmu meski hanya sebentar. Sebentar saja bisakah kau tidak berada dipikiranku?

Aku merasa lain. Ternyata dirimu memberi banyak sekali pengaruh kepadaku. Bersamamu membuatku lebih bahagia dan jauh darimu membuatku merasa hampa. Aku merasa kurang.

Aku lelah menangis. Aku lelah meminta agar semua bisa seperti semula. Salahku telah membiarkan diri ini dipengaruhi dirimu. Salahku membiarkan diri ini berharap banyak pada dirimu. Maaf jika aku menyayangimu lebih dari yang semestinya. Andai aku bisa seperti dirimu. Andai saja aku bisa menahan hati ini untuk tidak jatuh padamu.

Aku tidak berharap seandainya kita tidak pernah bertemu, sungguh, seberapapun sakit dan sedih yang ku rasa saat ini, bertemu denganmu tetap salah satu hal terbaik dalam hidupku. Salah satu yang aku syukuri dari hidupku.

Waktu yang mempertemukan kita, Waktu yang mendekatkan kita. Kini, waktu jugalah yang membawa jauh dirimu dariku.

Naifnya diriku yang berharap lebih pada hubungan ini. Naifnya diriku yang berharap kau juga merasakan apa yang ku rasakan. Itu semua memang tidak akan mungkin terjadi bukan?

Kau yang kini telah jauh. Tidakkah kau merindukan waktu ketika bersamaku? Tidakkah sedikit saja mungkin terlintas dihatimu bahwa kau merindukan diriku seperti aku merindukanmu?

Untukmu yang hadir kemudian pergi.

Salam rinduku padamu.

N


Tidak ada komentar:

Posting Komentar