03/06/14

I don't have a title for this post.

Bulan Juni ini harus diawali dengan sesuatu yang buruk. Suatu masalah yang lebih besar diantara masalah yang sedang gue hadapi sekarang.
Sedih sekali rasanya harus memulai bulan yang mana bulan ini adalah bulan kelahiran gue dengan air mata. Too much tears.

Ini mungkin proses pendewasaan untuk gue. Walau semua cobaan ini gue tau akan berakhir. Walau semua kesedihan ini akan berganti dengan kebahagiaan tapi kalo gue bisa minta gue tidak ingin Tuhan menguji gue dengan ujian yang saat ini gue hadapi. This is just too hard for me. Terlalu bertubi-tubi. Terlalu menyesakkan dada.


Teman-teman gue mungkin cuma sedang diberi ujian dengan ketidaklulusan SNMPTN dan lainnya. Atau sedang dibingungkan dengan pilihan kampus dan/atau jurusan. Tapi yang gue hadapi tidak sama. Gue harus mengikhlaskan kenyataan bahwa gue harus menunda kuliah selama setahun karena masalah ekonomi keluarga gue. Jadi, disaat orang-orang sibuk memikirkan kuliahnya gue harus menyiapkan diri gue di dunia kerja.

Am I ready? Of course not. Gue sangat mempersiapkan diri gue sebagai CAMABA (Calon Mahasiswa Baru) bukan sebagai pegawai atau tenaga kerja. Tapi hidup ini selalu punya kejutan untuk gue. Yang kebanyakan berbanding terbalik dengan ekspektasi gue.

Mungkin terlihatnya ini bukan masalah besar. "Enak dong kerja bisa dapat uang?" yah enak. tapi kalo kerja karena 'tekanan' keadaan apakah rasanya akan sama? disaat temen-temen gue berangkat untuk kuliah, gue berangkat kerja. Gue ingin merasakan capeknya kuliah. Pusingnya ngerjain tugas-tugas kuliah yang numpuk. Ngekost. Ngirit duit karena udah abis buat fotocopy. Gue mau merasakan itu. Tapi Tuhan mentakdirkan gue untuk menundanya.

Disaat masalah dengan batin gue sendiri belum berhasil gue selesaikan, tambah satu lagi masalah. Dan ini masalah terbesar selama hidup gue. Masalah yang sangat memilukan. Yang gak mungkin gue share di blog karena masalah ini tidak layak untuk jadi bahan bacaan umum.

Gue gak tau harus apa. Gak tau harus gimana. Gue cuma berusaha menjalankan semuanya. Bersikap seakan-akan keadaan baik-baik saja. Berusaha menjauhkan gue dari pikiran-pikiran tentang masalah ini.

Kalo lagi kaya gini kayanya pengen jadi kecil aja. Masalah terbesar gue saat itu saat mamah ngelarang gue main dan nyuruh gue tidur siang. Disaat yang gue pikirin cuma tentang main dan main. Semuanya terasa ringan. Menyenangkan. Bebas. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.
Hari-hari terasa berat. Penuh dengan kesedihan. Terkekang dengan keadaan.

Sesulit inikah hal yang harus dilewati untuk menjadi dewasa?

2 komentar: